TIGA
MOTIF UTAMA / TIGA WUJUD PERGERAKAN PEMUDA
DALAM SEJARAH (PPMM – PPKM –
AMGPM)
Sejarah
menampung sejumlah kisah yang pernah dilalui, dan terukir dalam aktivitas dan
tindakan nyata. Kenyataan yang muncul di balik kilasan sejarah tersebut
termanifestasi dalam Tiga Motif Utama. Disebut Tiga Motif Utama dikarenakan
ketiganya tergambarkan dalam hakekat dan perkembangan yang berbeda (corak dan
pola perkembangannya dapat berbeda), namun memiliki satu substansi yang sama
yakni Organisasi Pemuda Gereja Protestan Maluku. Hal ini dapat diumpakan dengan
salah satu karya anak bangsa yakni Batik, sebagai symbol dan identitas dari
Masyarakat Indonesia. Sekalipun substansinya tetap adalah baju batik, tetapi
seiring dengan perkembangan dan kemajuan, maka kini muncul begitu banyak motif
batik yang ditawarkan, mulai dari batik Solo, batik Jogja, batik Semarang, yang
pada hakekatnya berbeda, tetapi tidak menghilangkan substansinya yang sama
sebagai baju batik. Sekalipun demikian berbagai motif yang ditampilkan itu
hendak menggambarkan proses kemajuan untuk mempertahankan eksistensi di medan
gumulnya. Perwujudan dari Pergerakan Pemuda Gereja Protestan Maluku, tampak
dari tiga motif tersebut yakni PPMM, PPKM, dan AMGPM yang dapat diuraikan
sebagai berikut:[1]
a.
MOTIF PERTAMA PERGERAKAN PEMUDA
GPM : PERSATUAN PEMUDA MASEHI MALUKU (PPMM)
Tinjauan
untuk motif pertama ini dimulai semenjak masa perang dunia Pertama, di mana
perkembangan pemberitaan Injil di Maluku mulai terjadi kevakuman, tetapi
setelah perang dunia pertama, mulai dibentuk suatu gerakan Pemuda Kristen untuk
jemaat Ambon dan Pulau Ambon oleh Drs. E. A.A de Vrede pada tahun 1925 yang diberi nama De Dageraad (fajar). Nama ini memberikan sebuah pengertian bahwa
Generasi Pemuda adalah cahaya baru yang akan membagun dan mengerakan wilayah
Ambon dan pulau-pulau di dalamnya menuju kedamaian, kesejahteraan yang adalah
langkah misi. Penempatan Generasi Pemuda
sebagai fajar ini menandakan bahwa pergerakan Kekristenan di Maluku digerakan
melalui Pergerakan Pemuda dan Pergumulan terhadap Kemanusiaan di tengah-tengah
masyarakat dan bangsa ini dimulai pula dari Pergerakan Pemuda. Sementara untuk
wilayah Seram Selatan, Seram Timur, Babar dalam Konferensi guru-guru tanggal
28-29 Oktober 1930 bertempat di Tepa,
salah satu keputusannya yaitu mendirikan Persatuan Pemuda Masehi Maluku
(PPMM).[2]
Misi
dari para pemuda ini semakin kuat pada tahun 1932 untuk segera membentuk
Perkumpulan Pemuda Masehi Maluku di semua jemaat supaya semuanya menjadi satu
pergerakan yang memiliki satu ketua umum dan seorang sekretaris umum. Persatuan
Pemuda Masehi Maluku (PPMM) memiliki satu tujuan utama saat itu adalah
mengumpulkan anak-anak muda di jemaat agar berhimpun setiap minggu untuk
melakukan kebaktian-kebaktian, memupuk serta mempertebalkan keyakinan Iman
kepada Tuhan Jesus Kristus Juru Selamat Dunia serta menampakkan kabar
keselamatan bagi setiap orang. [3]
Pada
Tanggal 27 Maret 1933 Pdt. P. Souhuwat
mengumpulkan semua persatuan Pemuda Masehi Maluku di seluruh wilayah Maluku
untuk membicarakan pergerakan persekutuan ini kedepan, dan hari pertemuan ini
kemudian dijadikan sebagai Hari Jadi Angkatan Muda GPM sampai sekarang
ini. Kelanjutan dari hal ini adalah
dilakukan pertemuan kembali pada tanggal 25 -30 yang dilakukan di rumah Drs. W. H. Tutuarima 1934 untuk
membicarakan peraturan umum yang mempedomani langkah dari PPMM oleh Pdt H.H. Van Herwerden dan dibahas
dalam suatu komisi dibawah Pimpinan Pdt
J. E. Stap, sehingga akhirnya menghasilkan Peraturan Organisasi Persatuan Pemuda Masehi Maluku. Perkembangan
PPMM ini menjadi semakin terlihat ketika pada tanggal 4 April 1934 dilakukan
pertemuan di Gereja Batu gantung (kini Gereja Rehobot) dengan pimpinan PPMM dari masing-masing
wilayah berjumlah 150 orang dan 6000 anggota. Dalam pertemuan tersebut dibuat
Logo PPMM dan Lagu Wajib PPMM.
LOGO PPMM
Pada tahun 1940 dibentuk Logo PPMM dengan pemaknaan sebagai
berikut :[4]
Bulatan besar itu merupakan buah pala jang mekar. Dalam
bulatan itu terdapat gambar segitiga, sebagai tanda dari pengakuan Geredja
jaitu Allah Tritunggal. Djuga mempunjai arti mentjakup seluruh kebutuhan
kemanusiaan. Salib ditengagja menandai penderitaan dan perdjuangan Kristen
dibelakang Kristus.
Pada dua sudut bawah dari segitiga itu terdapat pula gambar
bunga tjengkih jang semuanja menundjuk kepada kepulauan Maluku dengan hasilnja.
Lagu
Wajib PPMM yang dipakai saat ini bertolak dari usulan Drs. E. A.A de Vrede yang menyatakan pemuda sebagai Nama “ De
Dageraad” (Fajar), sehingga lagu wajib
PPMM yang dipakai saat itu adalah
Nyanyian Dua Sahabat Lama No 138 :
1,2,3 BERJALAN DI T’RANG
Pertemuan
ini kemudian mendorong sebuah pergerakkan dari Gereja Protestan Maluku yang
pada tanggal 06 September 1935 kemudian menyatakan kemandiriannya di wilayah
Maluku. Hal ini membuat sampai Pergerakan Pemuda Gereja, menjadi salah satu saksi sejarah dari terbentuknya
Gereja Protestan Maluku yang juga turut ambil bagian dalam pembentukan GPM
sebagai gereja yang mandiri.
Pada bulan September
1946 PPMM mengeluarkan tulisan yang
diberi nama “ Adik - Kakak “ . Kilasan isi dari Tulisan ini seperti ini:[5]
Kini Persatuan Pemuda Kristen, tiba pada salah
satu dari pada Angan-angannya, melahirkan kedalam masyarakat Biji (Tulisan
perdamaian). Kecintaan mana patutlah
dijaga sebab bagi kita, untuk kita, dan dari kita PPMM dapat tetap bertahan.
Dasarkanlah semua upaya membangun kita ini pada hubungan Adik-Kakak agar kita
bisa mencapai kemajuan lahir – batin.
Hidup adik-kakak menggabungkan kita secara
perhubungan darah, sekalipun setiap kita berbeda corak dan bertumbuh secara
berbeda. Tetapi disini sebagai Adik-Kakak satu mengasihi lain, satu mencintai
lain dan menopang yang lain. Kata Pengasihan yang melekat pada hubungan adik –
kakak ini menjadikan kita mampu membantu yang lain secara utuh dalam hidup
badani maupun rohani.
Adik akan selalu berusaha menggenapi tuntutan
kakaknya. Kakak sudah memasuki sifat dewasa patutlah ia menyadari bahwa ia
pernah menjadi adik, pernah ia dipimpin secara adik, sehingga janganlah kakak
lupa kewajibannya untuk mendidik adiknya memasuki masa dewasanya juga.
Simbol adik-kakak inilah yang akan menjadi
landasan dari kita mendirikan dan menggembangkan Organisasi PPMM ini. Sehingga
yang satu mampu memimpin yang lain secara setara, melalui adik-kakak muncul
Rasa Hati yang menopang dan saling membangun, bukan saling menjatuhkan dan
saling menghakimi. Lalu janganlah lupa saling memaafkan satu dengan yang lain.
Memaafkan bukan berarti menunjukan kesalahan, tetapi menunjukan setiap kita
punya keterbatasan jika melangkah sendiri, dan karena itu perlu melangkah
bersama.
Dengan cara inilah kita membangun Persekutuan
Pemuda Masehi Maluku menjadi satu Persekutuan yang kokoh, memandang kedepan dan
menciptakan sebuah langkah pembaharuan untuk mendatangkan Kabar Sukacita bagi
setiap orang. Katong S’mua Adik-Kakak, katong S’mua Basudara, katong S’mua Satu
Persekutuan.
Pergerakkan
PPMM menjadi semakin nyata ketika terjadi Perang Dunia Kedua, di mana PPMM
menjadi salah satu tongkat perdamaian yang menyatakan pembelaannya terhadap
kemanusiaan melalui surat-surat edaran yang berisikan perdamaian dan peduli
terhadap kemanusiaan. Pergerakkan PPMM ini semakin mempertegas eksistensi
Pergerakkan Pemuda Gereja saat itu dalam menyatakan Fajar sebagai simbol
kehidupan lewat kehadirannya.
Pergerakkan
PPMM merupakan embrio dari AMGPM pergerakkan ini kemudian direkonstruksi untuk
lebih melebarkan Eksistensi Pemuda Gereja melalui Pembentukan PPKM (Persekutuan
Pemuda Kristen Maluku) mengantikan PPMM (Persatuan Pemuda Masehi Maluku)
sebelum menjadi AMGPM (Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku). Inilah dasar dari sejarah pergerakkan Pemuda
Gereja sebagai organisasi yang mandiri dan menyatakan Kabar Sukacita bagi
gereja, masyarakat dan Negara.
b.
MOTIF KEDUA PERGERAKAN PEMUDA
GPM: PERSATUAN PEMUDA KRISTEN MALUKU (PPKM)
Dinamika
generasi pemuda kristen terus berkembang dari waktu ke waktu secara objektif,
konstruktif dan positif serta terarah kedepan, ditandai dengan pergantian nama
dari PPMM ke PPKM.
Usul
perobahan nama dari PPMM menjadi PPKM dalam Sinode GPM pada tanggal 31 maret –
1 april 1948 belum sempat diputuskan, tetapi sinode membentuk Panitia yang
bertugas sekaligus mengadakan hubungan dengan perkumpulan Pemuda Berbahasa
Belanda. Hal tersebut dalam keputusan berbunyi :
Panitia
berhubungan langsung dengan Gereja dan Pemuda memilih 5 Anggota dari
Pemuda-Pemudi yang ditentukan oleh Hoofdbestuur PPKM antaranya satu dari Pemuda
Berbahasa Belanda dan dua anggota dari Synodal Bestuur. Dalam Synode GPM
tanggal 12 – 21 Maret 1949, barulah menjadi sebuah keputusan untuk menerima
Perobahan Nama dari PPKM seperti ternyata pada angka 5 Keputusan Synode itu :
Setuju PPKM dalam gereja dan usaha lainnya berhubungan dengan Statusnya”. [6]
Perhatian
Sinode GPM kepada PPKM sangat besar dengan dinyatakan : “ Untuk pekerjaan PPKM
tiada dapat ditimbang, melainkan di dahulukan memasukan rancangan pekerjaannya
kepada seksi keuangan.
Dalam
Sidang Sinode GPM pada tanggal 14 – 21 Maret 1949, Pdt S. Marantika dipilih menjadi Ketua Synode, sehingga perlu
dicari Ketua Umum PPKM yang baru dan terpilih adalah menunjuk dan mengangkat Pdt. M. H. Loupatty selama setahun
kerja sebagai ketua Umum, dan Sekretaris
Umum yang terpilih saat itu
adalah Sdr F. M. Siahaya dan
Bendahara Sdr. D. Matulapelwa.[7]
Gbr.IV.2 LOGO PPKM
Pada tahun 1948
dibentuk Logo PPKM dengan pemaknaannya yang masih sama dengan logo PPMM, hanya
terjadi perubahan nama dalam logo, dari Persekutuan Pemuda Masehi Maluku (PPMM)
menjadi Persekutuan Pemuda Kristen Maluku (PPKM).
Nyanyian pengenal dari PPKM jang khusus diperdengarkan pada
setiap permulaan sesuatu upacara masih sama dengan lagu wajib PPMM yang diambil
dari Kitab
Njanjian Dua Sahabat Lama No. 141 : 1,2,3 :
Berdjalan di Terang. [8]
Program
Kerja dari PPKM untuk menyatakan arus Kemerdekaan Indonesia yang terus berjuang
dalam semangat pembebasan dan kemanusiaan.
Pergumulan ini di sadari sungguh sebuah pergumulan yang tidak gampang.
Hal ini menyebabkan sifat PPKM bukan hanya bergerak pada batas-batas hidup
gerejawi, tetapi juga kelapangan masyarakat yang sedang bergerak dengan
aspirasi politiknya, sehingga kalau ke dalam GPM mengambil langkah-langkah
bergereja, maka ke masyarakat PPKM mengambil sikap aktif dengan semua
organisasi massa pemuda dalam Negara dan Bangsa. Bahkan dalam bidang
kebudayaan, pendidikan dan ekonomi, PPKM mempunyai program –program kerja yang
didesak oleh setiap anggotanya serta ranting-rantingnya dan daerah-daerahnya
untuk mengambil prakarsa dan inisiatif mempeloporinya di dalam
kegiatan-kegiatan yang hendak di lakukan.[9]
Beberapa
faktor yang menjadi hambatan dan perlu ditata kembali oleh PPKM sebagai berikut
:[10]
v Faktor
mental masyarakat yang berabad lamanya berada di bawah asuhan dan pembinaan
dari suatu politik dan kebudayaan yang berasal dari luar.
v Faktor
berpikir religious - theologies yang bersifat piestis, sehingga sukar melihat
realitas sejarah itu secara menyeluruh.
v Faktor
komunikasi yang lambat karena situasi geografis kepulauan dengan segala
akibatnya terhadap perobahan–perobahan di sekitar
v Faktor-faktor
kebiasaan hidup masyarakat yang beraneka dan mendarah danging dalam kekristenan
sehingga sukar menerima perobahan dari luar sekalipun yang lebih baik.
Untuk
menjawab hal ini, PPKM membuat suatu Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
yang baru dan disahkan dalam kongresnya pada tahun 1949. Melalui ketentuan
tersebut, Rencana Strategis untuk menjawab dan menempatkan eksistensi disusunan
Pemuda Gereja kemudian diletakkan dalam 4 Tahapan yakni :
Pada
tahapan ini konsentrasi diletakkan pada upaya membangun semangat NKRI dalam
diri. Pada tahun 1948 mereka dihadapkan dengan diproklamirkannya RMS. Di
tengah–tengah dialektika ini PPKM berupaya menempatkan dirinya untuk
mempertahankan Republik Indonesia dan mengalami kebebasan hidup dalam semangat
kemerdekaan. Di sisi lain gejolak memisahkan diri dari NKRI adalah upaya yang
dibangun oleh sebagian masyarakat Maluku.
Namun eksistensi mempertahankan NKRI tetap di nyatakan oleh PPKM sebagai
organisasi Pemuda Gereja saat itu.
§
Tahap Kedua : 1950-1956[12]
Pada
periode ini eksisitensi PPKM semakin di nyatakan dan secara sadar mulai ditarik
oleh arus Gerakan Oikumene. Situasi ini membuat sampai PPKM menjadi simbol
nyata gereja yang berupaya menyatakan Kabar Sukacita bagi dunia.
§
Tahap Ketiga : 1957-1962
Pada
Perode ini, berdasarkan Anggaran Dasar PPKM pada tanggal 22 Juni 1961 menambah
sub B yang baru pada pasal 3 yang berbunyi : “berdasarkan Pancasila dan UUD
1945, maka PPKM turut berkewajiban dalam pembangunan nasional di segala
bidang”. PPKM juga menjadi Kreator
menggembalikan Irian Barat Kepada Pangkuan Pertiwi dengan mengadakan musyawarah
Pemuda Kristen Irian barat yang dijalankan dibalai PPKM .
Pada
7-14 Juli 1961 dijalankan latihan Kepemimpinan Pemuda yang dipimpin oleh Seksi
Pemuda bagian Pekabaran Injil GPM Pdt
Iz. Wattimena, bersama kepala Bagian Pendidikan Pengurus Besar Pdt P. Tanamal.
Usaha-usaha
yang dibangun PPKM di berbasis masyarakat di antaranya dibentuk Kebun Pemuda,
merangsang transmigrasi lokal dan menciptakan sarana-sarana perdangangan di
tingkat Pemuda.
Tahap Keempat
: 1962-1965[13]
Tahap
ke empat ditandai dengan pada tahun 1962 dengan diadakan Kongres ke-XIII PPKM
di Kota Ambon tanggal 16-18 Juli yang dipimpin oleh Ketua Umum Pdt. W. Pelupessy. Dalam Kongres ini
dipilih pimpinan baru yang terdiri dari Wakil
Ketua Pdt. P. Tanamal, Sekretaris Umum
F.M. Siahaya dan Bendahara Nn. A. Maspaitella. Kongres ini telah mengambil
beberapa keputusan sebagai berikut :
v Mengusulkan
kepada BPS/Sinode GPM agar nama PPKM diubah menjadi Angkatan Muda GPM,
mengadakan perubahan Anggaran Dasar pada beberapa pasal dan menyatakan Anggaran
Dasar PPKM Tanggal 1 Oktober 1953 Tidak
berlaku Lagi.
v Merumuskan
sesuatu “Janji (Lihat Lampiran IV)
v Menyampaikan
seruan untuk melepaskan cara-cara dan pegangan hidup yang kosong, yang
bercampur dengan mentalita tahayul untuk kembali secara murni pada Injil
Kristus dengan Pesan Sinode 4 Mei 1960.
v Bertekat
turut aktif dalam Trikora mengembalikan Irian Barat ke wilayah Indonesia.
v Mengusulkan
supaya Ketua Umum Pengurus Besar adalah Tenaga Full Time, dan supaya Generasi
Muda Gereja lebih mendapat perhatian khusus.
Salah satu kontribusi
besar dari PPKM adalah mendorong terciptanya gerakan oikumene di Maluku.
Kekakuan antar gereja-gereja dengan ketegangan-ketegangannya di masa lampau,
dicairkan oleh Gerakan Pemuda Kristen pada tanggal 31 oktober 1964 di ketuai
oleh Anggota Pengurus Besar PPKM J.
Mailoa , telah merobah paham dan arah dari tradisi hari reformasi ini di
mana sudah mengundang Gereja Katolik untuk menghadirinya, yang diwakili oleh
pastor Katolik Tentua yang juga turut memberikan sambutannya saat itu. Situasi
yang dibangun adalah satu rumah di dalam Jesus Kristus.
Tahun 1964 ini ditandai juga dengan permulaan realisasi gerakan oikumene di
Maluku.
c.
MOTIF
KETIGA PERGERAKKAN PEMUDA GPM : ANGKATAN MUDA GEREJA PROSTESTAN MALUKU (AMGPM)
Sejak
tanggal 21-28 November 1965 dilakukan kongres PPKM XIV di Saparua. Harapan dan keinginan gereja untuk membentuk satu
organisasi pemuda Kristen yang kokoh dan teguh mulai menemukan titik terangnya
ketika nama PPKM digantikan menjadi AMGPM. Alasan peralihan
nama dari PPKM
menjadi AMGPM di latarbelakangi oleh
beberapa faktor yakni :[14]
v Nama
itu terlampau umum padahal Organisasi ini adalah organisasi Pemuda GPM di bentuk
oleh GPM dan diasuh oleh GPM
v Terdapat
semacam kesan bahwa dengan nama itu agaknya hendak dipergunakan untuk bergerak
luas di luar GPM. Akan tetapi dalam realisasinya hal ini tidak pernah tercapai
v Istilah
persatuan terlampau statis dan kurang mempunyai prespektif yang dinamis sesuai
dengan semangat kepemudaan
v Dengan
menunjuk pada nama AMGPM hendak menunjukan sebuah pergerakan yang dinamis,
gerakan ini sekaligus memberikan warnanya sebagai organisasi Gereja dari GPM.
Melalui hal ini juga ada batasan-batasan tertentu agar pergerakannya tidak
keluar dari gagasan tersebut, sehingga AMGPM tidak ada interpretasi dari luar
yang dapat masuk dan menguasai oganisasi ini.
Perubahan nama ini sekaligus membuat
perubahan-perubahan struktur organisasi dan kepemimpinan. Kalau selama ini
Ketua Umum ditunjuk oleh Badan Pekerja Sinode atas usul Pengurus Besar atau
Kongres, maka sekali ini dipilih oleh Kongres dan minta disahkan oleh BPS
Kongres hanya memilih Ketua Umum dan Sekretaris Umum yang di percayakan
menyusun personalia sesuai Struktur yang sudah ditetapkan.[15]
Komposisi
Pengurus Besar dan Personalianya sebagai berikut :[16]
Ketua
Umum : Pdt. Tanamal, S.Th
Ketua
I : Pdt. S.C. Lewier,
S.Th
Bidang Marturia
Ketua
II : F.N. SIahaya
Bidang Diakonia
Ketua
III : H. Masrikat
Bidang Koinonia
Sekretaris
Umum : H.F. Siwabessy
Sekretaris
I : Nn. C. Breemer
Bidang Marturia
Sekretaris
II :
A. Kanikir
Bidang Diakonia
Sekretaris
III : Nn. M. Sahetapy
Bidang Koinonia
Bendahara
Umum: J. Mailoa
Pembangkit Dana
Bendahara
I : Z.M.A. Matulessy
Pembukuan
Bendahara
II : Nn. Chr. Maitimu
Penyimpanan
Pada tanggal 28 Oktober 1966 dibuat Logo AMGPM dengan pemaknaan
sebagai berikut :[17]
Bulatan menundjuk kepada dunia sebagai tempat bertugas dan
bersasaran dengan warna hitam, jang diatasnja ditulis nama Angkatan Muda GPM
dan nath Math.5:14a. Bulatan di dalamnja terdapat sebuah perahu dengan
bertiangkan salib dan lajar Alkitab sedang berlajar di atas samudra, semuanja
mempunjai maksud bahwa djuga AMGPM sebagai bagian mutlak dari Geredja,
mempunjai makna dalam sedjarah oikumene dan selalu berada dalam perdjalanan dan
perdjuangan.
Mengenai lagu AMGPM, oleh Pdt F.C. Lewier, diintroduksir suatu njanjian wadjib jang ragamnja
berlatar belakang njanjian orang musjafir jang berkemah, dengan sjair :
Mari kawan masuk Angkatan Muda GPM
Djadi anak kandung Geredja
Protestan Maluku
Dalam tanggung djawab bersama
Sukseskan Tri panggilan Geredja
Koinonia, Marturia dan Diakonia
Ingatlah sembojan kita “ Kamu Terang Dunia
Untuk itu faktor jang penting, faktor Koinonia
Sebab itu binalah terus Koinonia kita jang benar
Bagi Marturia dan Diakonia jang benar
Dalam perkembangan lewat Keputusan Kongres
Istimewa Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku Nomor : 04/KPTS/KI/1988 yang
dilaksanakan pada tanggal 22 Oktober 1988 di Letziara Tepa, telah menetapkan
Perubahan dan Pengesahan Lambang/Logo Angkatan Muda GPM yang baru menggantikan
logo yang lama.
Gbr. IV.4 LOGO
AMGPM II
Logo baru secara
Material terdiri dari :[18]
1.
Bulatan Sempurna
2.
Sebuah Gambar Obor
3.
Gulungan lembaran kertas Kitab Suci dengan inisial X dan P
4.
Bagian dalam bundaran tergambar bulatan bumi (globe) dengan lima garis
lintang
5.
Bagian luar bulatan sebagai bingkaian tertera nama Angkatan Muda GPM dan
Matius 5 : 14a
Sementara
Nyanyian wajib AMGPM masih
menggunakan Lagu karangan Pdt F.C. Lewier yakni : “ Mari kawan masuk Angkatan Muda GPM
Selanjutnya bertolak dari Keputusan Musyawarah
Pimpinan Paripurna (MPP) XVI Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku Nomor
07/KPTS/MPP-XVI/2002 yang berlangsung di Weduar pada tanggal 09 Nopember 2002,
telah menetapkan Pengesahan Penarikan Logo dan Lagu Wajib AMGPM yang lama dan
Pengesahan Logo dan Lagu Wajib Baru AMGPM.
Gbr.IV.5 LOGO AMGPM III
Logo ini didesain dengan memiliki unsur-unsur yang
secara spesifik terdiri dari :[19]
Gambar Bulatan
Bumi yang sedang aktif berputar, berwarna dasar Biru Muda (Biru
Maritim) bertepi warna Biru Tua (Biru Samudra).
Lima Garis
Lintang berbentuk cembung berwarna Putih dengan
kemiringan 200 bertepi Biru Tua (Biru Samudra).
Pita Teks bertulis:
Mat. 5 . 13 a & 14 a melingkari
bumi berwarna Kuning pada bagian depan dan warna Putih pada
bagian belakang. Tepi Pita dan Teks Alkitab
berwarna Ungu Tua.
Dua bentuk Lingkaran berwarna Hijau (Lingkaran Luar) dan
Putih (lingkaran dalam).
Di bawah
gambar utama logo ini, tertera nama AMGPM yang ditulis
dengan bentuk Kursif (huruf miring) tebal berwarna Biru Tua (Biru
Samudra) dan mengenai lagu wajib AMGPM yang baru yang diciptakan oleh Pdt.
Elly Toisuta, M.Th.LM
[1] Yudi Noya, M.Si (Mencari Simpul yang
tersembunyi); halm 29
MALUKU,
(PENGURUS BESAR ANGKATAN MUDA G.P.M : AMBON 1972 ). Hal 5
[9] Yudi Noya, M.Si (Mencari Simpul yang
tersembunyi); halm 39
[12] Yudi Noya, M.Si (Mencari Simpul yang
tersembunyi); halm 42
[13] Yudi
Noya, M.Si (Mencari Simpul yang tersembunyi);
halm 43
[15] Yudi Noya, M.Si (Mencari Simpul yang
tersembunyi); halm 46
[17] Yudi Noya, M.Si (Mencari Simpul yang
tersembunyi); halm 48
[18] Yudi
Noya, M.Si (Mencari Simpul yang tersembunyi);
halm 50
[19] Yudi Noya, M.Si (Mencari Simpul yang
tersembunyi); halm 51